Cerita fiksi dan nonfiksi dapat sama sama menampilkan sisi sisi kemenarikan dan kekuatannya sendiri karena karakteristiknya berbeda. Jika dalam cerita fiksi unsur suspense dan bagaimana ia dibangun merupakan sesuatu yang penting, dalam notifikasi ia tidak terlalu penting karena yang dipentingkan kini adalah bagaimana fakta fakta disampikan. Jika dalam cerita fiksi bagaimana karakter tokoh dan bagaimana ia dikembangkan merupakan sesuatu yang esensial, dalam nonfiksi yang dipentingkan adalah penemuan bentuk hubungan dan penerapan konsep dalam masyarakat atau dalam dunia alamiah seperti dalam dunia binatang. Namun dalam menulis karya nonfiksi pengarang juga dapat menggunakan cara cara narasi sebagaimana dalam cerita fiksi, misalnya dengan memakai bentuk bentuk persona tertentu sehingga dapat menarik pembaca anak lebih terlibat secara emosional.
Sastrakah teks nonfiksi itu? Apakah bacaan nonfiksi dapat dikategorikan sebagai teks kesastraan sastra anak? Ini adalah perta- nyaan yang menarik untuk dipertanyakan. Jika sastra dibatasi pada berbagai teks kreatif-imajinatif yang tidak menunjuk pada kebenaran faktual-historis, teks nonfiksi bukan termasuk teks kesastraan. Hal itu disebabkan teks nonfiksi justru menekankan pentingnya aspek fakta faktual-historis yang dijadikan dasar penulisan.
Namun, jika teks kesastraan dipahami dalam pengertian yang luas, yaitu yang menunjuk pada berbagai teks yang memiliki kadar artistik tinggi dengan memperhitungkan pencapaian efek estetik lewat pemilihan unsur-unsur stile secara tepat, berbagai teks nonfiksi yang ditulis dengan stile tersebut dapat juga dikategorikan sebagai bagian dari sastra anak (Lukens, 2003:28). Teks-teks nonfiksi yang ditulis dengan cara-cara yang indah, yang memperhitungkan capaian efek keartistikan, sebagaimana halnya teks kesastraan juga mampu mem- berikan kepuasan emosional dan intelektual sekaligus. Pemenuhan kepuasan aspek emosional dan intelektual adalah suatu hal yang mesti diperoleh jika seseorang membaca teks-teks kesastraan. Dengan demikian, selain memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sesuatu yang disampaikan lewat bacaan itu, pembaca (anak) juga akan memperoleh kesenangan sebagai salah satu manifestasi fungsi sastra yang bertujuan memberikan hiburan.
Fakta, konsep, tone. Lewat cerita fiksi atau teks kesastraan secara umum kita dapat memperoleh kenikmatan estetis, kenikmatan dan kesenangan memperoleh cerita yang menarik dan memuaskan, kepuasan memperoleh katarsis. Di pihak lain, lewat bacaan nonfiksi kita juga memperoleh kesenangan dan kepuasan, yaitu yang berwujud pemerolehan fakta dan atau informasi konseptual yang dibutuhkan. Menurut Lukens (2003:278) dalam penulisan nonfiksi, yang pertama- tama mesti diperhatikan adalah aspek fakta dan atau dukungan oleh fakta-fakta. Penyampaian fakta-fakta itu diarahkan untuk sampai pada sebuah konsep, sedang fakta dan konsep tersebut akan diterima oleh pembaca dengan dipengaruhi oleh tone pengarang, yaitu bagaimana sikap pengarang terhadap masalah yang dikemukakan dan terhadap pembaca. Ketiga hal tersebut, yaitu fakta, konsep, dan tone, memegang peran penting dalam teks nonfiksi.
Sesuai dengan namanya yang nonfiksi (nonfiction), bacaan ini menekankan pentingnya aspek fakta sebagai bahan penulisan. Istilah fakta dapat dipahami sebagai sesuatu yang memiliki kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara empirik, faktual, historis, atau logika keilmuan. Artinya, sesuatu itu bukanlah sekadar fakta imajinatif yang diciptakan berdasarkan kekuatan imajinasi, dan karenanya kebenarannya pun lebih menunjuk pada kebenaran imajinatif. Kebenaran faktual dalam bacaan nonfiksi menentukan nilai karya yang bersangkutan, maka berbagai fakta yang diangkat dalam bacaan itu harus akurat. Bukankah tidak lucu, dan bahkan menyesatkan, jika sebuah bacaan tentang sejarah tertentu, tokoh terkenal tertentu, olahraga tertentu, atau hal-hal lain yang telah memiliki kebenaran yang pasti kemudian diceritakan secara tidak tepat dalam sebuah teks nonfiksi?
Kebenaran fakta faktual dalam bacaan nonfiksi dapat dibuktikan lewat berbagai sumber yang lain. Misalnya, bacaan tentang tokoh terkenal dapat dibuktikan lewat buku-buku lain atau komentar orang lain yang mengetahui; bacaan cerita tentang binatang dapat dibuktikan lewat buku-buku ilmiah tentang binatang yang bersangkutan. Hal-hal inilah, antara lain, yang juga membedakan bacaan nonfiksi dengan fiksi. Pada bacaan cerita fiksi, walau disebut- sebut tokoh dan peristiwa sejarah tertentu yang juga memiliki kebenaran faktual dan historis, kita tidak dapat merujuk hal-hal tersebut sebagai bukti faktual dan historis. Merujuk sesuatu yang disebut-sebut dalam cerita fiksi sebagai bukti kebenaran faktual amat fiskan karena fiksi justru lebih menekankan aspek imajinatif, dan antara aspek faktual-historis dan imajinatif bergandeng-tangan sulit dipisahkan. Sebagai pembaca kita tidak pernah tahu secara pasti kapan pengarang berbicara berdasarkan imaginatif, dan kapan gabungan antara keduanya.
Pentingnya aspek fakta dalam bacaan nonfiksi, selain sebagai fakta faktual-historis, fakta dalam bacaan nonfiksi,selain sebagai representasi fakta itu sendiri untuk diketahui, juga sebagai manifestasi hubungan antarfakta dan konsep-konsep tertentu. Konsep itu sendiri merupakan sesuatu yang abstrak, apalagi bagi pembaca anak, maka pengenalannya perlu dilakukan lewat fakta-fakta yang konkret yang lebih mudah dipahami. Misalnya, kita ingin menyampaikan konsep kerjasama, sportivitas, menghargai orang lain, dan lain-lain lewat olahraga sebagai fakta faktual. Dalam olahraga berkelompok seperti sepakbola, kerja sama antarpemain untuk menggapai kemenangan amat penting. Untuk itu, perlu dikemukakan peran, fungsi, dan tanggung jawab masing-masing pemain sesuai dengan posisinya. Misalnya, posisi kiper, pemain belakang, tengah, dan depan. Selain itu, juga dikemukakan pentingnya sifat sportif, jujur, mau mengakui kekalahan dan sebaliknya kemenangan lawan karena hal-hal itulah yang menjadi inti hakikat permainan olahraga. Untuk itu, berbagai aturan dan hukuman terhadap pelanggaran aturan dalam olahraga itu juga perlu dikemukakan.
Berbagai fakta, hubungan antarfakta, dan konsep dapat menjadi sebuah bacaan yang menarik jika dikemas dalam bentuk-bentuk stile yang memiliki derajat keartistikan yang tinggi. Singkatnya, bahasa yang dipergunakan untuk menyampaikan hal-hal tersebut haruslah memenuhi syarat-syarat keindahan. Fakta menunjukkan bahwa kadar kemenarikan sebuah bacaan, tidak hanya untuk bacaan anak saja tetapi juga orang dewasa, faktor bahasa berperan penting. Bagaimana sebuah gagasan yang diungkapkan ke dalam bahasa yang tepat dan memiliki efek estetik adalah urusan stile, dan stile sastra anak secara umum haruslah dilandasi oleh sifat-sifat kesederhaan, keluguan, dan kelugasan. Selain itu, alur pemikiran harus pula sederhana dan jelas sehingga mudah diikuti. Bacaan nonfiksi sekalipun jika dikemas dalam alur pemikiran yang runtut dan saling berkaitan mirip dalam alur cerita fiksi, mesti akan menambah derajat kemenarikannya, dan karenanya akan disenangi oleh anak.
Stile yang baik akan membangkitkan tone, nada, dan suasana tertentu yang tepat sebagaimana diinginkan. Tone akan mempengaruhi pembaca (anak) untuk tertarik dan kemudian menyenangi bacaan yang disajikan. Tone merupakan cerminan sikap pengarang terhadap masalah, atau sebagian masalah, yang dikemukakan dan terhadap pembaca. Wujud tone itu antara lain adalah objektif, kadang-kadang diselai humor, ramah, bersahabat, misterius, penuh keajaiban, ironis, menyindir, menertawakan, menganggap mudah, menyederhanakan, mengajak terlibat, didaktis, dan sebagainya. Tone yang tepat sesuai dengan topik akan menyebabkan anak tertarik dan mau membacanya, maka dalam rangka penulisan bacaan nonfiksi untuk anak, aspek tone perlu mendapat perhatian secukupnya.
Selain itu, sebagai buku bacaan anák, sebagaimana ciri khas bacaan anak pada umumnya, bacaan nonfiksi mestilah juga dilengkapi dengan ilustrasi yang berfungsi lebih mengkonkretkan penceritaan. Adanya ilustrasi yang menarik dan sesuai dengan topik dapat dipandang sebagai salah satu bentuk ″promosi″ agar anak tertarik dan mau membacanya. Sebagaimana halnya bacaan genre sastra anak yang lain, bacaan nonfiksi juga mudah diperoleh baik yang secara khusus terbit sebagai buku maupun yang terdapat di berbagai majalah anak (antara lain majalah-majalah anak yang telah ditunjukkan sebelumnya) dan harian umum. Di harian Kompas edisi Minggu misalnya, pada lembar ″Kompas Anak″ rubrik ″Boleh Tahu″ secara rutin disajikan bacaan nonfiksi jenis bacaan informasi.
Important Info
The order was placed through a short procedure (customer skipped some order details).
Please clarify some paper details before starting to work on the order.
Type of paper and subject
Number of sources and formatting style
Type of service (writing, rewriting, etc)